Madu, Obat Dan Food Suplement
Secara umum, tercatat empat jenis lebah penghasil madu yakni lebah hutan (Apis Dorsata), lebah klanceng (Apis Trigona), lebah rumahan (Apis Cerana) dan lebah unggul (Apis Mellifera). Berbagai jenis madu yang dihasilkan lebah tersebut berasar dari aneka ragam bunga dan tanaman.
Setiap jenis lebah dapat menghasilkan madu dengan berbagai macam warna, rasa dan aroma. Lebah hutan (Apis Dorsata) menghasilkan madu berwarna hitam, hitam kemerah-merahan dan kuning. Warna hitam didapatkan lebah dari bunga akasia mangium dengan nektarnya dihisap lebah dari aneka tumbuh di Hutan Tanaman Industri (HTI). Sedangkan yang berwarna hitam kemerah-merahan didapatkan lebah dari tanaman hutan liar. Khusus madu yang berwarna kekuning-kuningan didapatkan lebah dari tanaman pertanian yang tumbuh di sekitar kawasan hutan.
Lebah klanceng (Apis Trigona) menghasilkan madu dengan warna kekuning-kuningan. Namun, hasilnya tidak sebanding dengan jumlah lebah klanceng karena sangat sedikit. Lebah rumahan atau yang juga lazim disebut lebah lokal (Apis Cerana) ada di atap-atap rumah. Lebah jenis ini menghasilkan madu dari tanaman pertanian dan warna madu cerah atau kekuning-kuningan. Lebah unggul (Apis Mellifera) yang merupakan jenis lebah Eropa memiliki warna madu yang cerah atau kekuning-kuningan.
Sekarang, madu tidak lagi digunakan masyarakat Indonesia hanya sekadar untuk obat, tetapi banyak masyarakat Indonesia yang sudah menyukai dan menjadikan madu sebagai Food Suplement natural yang tidak tercampur dengan unsur kimia. Biasanya, umumnya masyarakat menyukai madu yang dihasilkan dari daerahnya sendiri. Masyarakat di Pulau Jawa lebih menyukai madu dari lebah budidaya (Apis Cerana dan Apis Melifera) yang berwarna cerah atau kekuning-kuningan. Sedangkan masyarakat luar Jawa yang tinggal di sekitar kawasan hutan lebih senang dengan madu hutan yang berwarna hitam pekat.
Madu yang dihasilkan lebah mengandung berbagai vitamin sehingga baik untuk kesehatan. Manfaat madu bagi kehidupan manusia sudah terdapat dalam berbagai literatur dan peradaban kuno seperti zaman Mesir kuno, Yunani atau Romawi kuno. Manfaat madu juga dijelaskan dalam berbagai kitab suci, baik umat Muslim, Nasrani maupun Hindu.
Lebah madu dan madu lebah serta hasil-hasil lebah yang lain, sejak lama sudah berhasil dikembangkan dan dipetik berbagai manfaatnya oleh masyarakat berbagai negara di dunia. Menurut pakar perlebahan, Indonesia dikatakan sangat potensial untuk pengembangan bidang perlebahan karena memiliki tiga modal dasar;
jumlah penduduk nomor lima terbesar di dunia yang mempunyai budaya bertani dan beternak, terdapat areal daratan sekitar 193 juta ha dengan luas hutan sekitar 14,3 juta ha yang berbunga secara bergiliran sepanjang tahun.
Hampir seluruh wilayah hutan terdapat lebah hutan Apis Dorsata yang sangat produktif sebagai penghasil madu, lebah lokal Apis Cerana yang dapat diternakkan dan produktif menghasilkan madu terbesar hampir di seluruh kepulauan Nusantara tercinta, serta jenis lebah impor Apis Mellifera L yang berhasil dikembangkan dan beradaptasi dengan baik dalam lingkungan alam Indonesia.
Lebah madu merupakan serangga pemersari. Di berbagai negara, lebah madu terbukti meningkatkan produktivitas pertanian sampai ribuan persen per tahun yang bernilai ratusan juta hingga miliaran dollar Amerika Serikat. Misalnya Amerika Serikat memperoleh sekitar US$ 1 miliar, Australia US$ 350 juta, dan sebagainya dari bisnis perlebahan. Karena itu para pengusaha perkebunan buah-buahan di berbagai negara dengan sengaja menyewa koloni lebah kala kebun buahnya sedang berbunga. Di Selandia Baru misalnya, penyewaan setiap koloni mencapai US$ 65 dan Amerika US$ 49 per koloni.
Hingga kini, Australia memiliki hampir 600.000 koloni lebah dan lebih dari 10.000 peternak. Artinya, sekitar 700 (7%) peternak memiliki 250 koloni atau lebih. Peternak yang memiliki 400.000 koloni (67%) dari koloni yang berada di Australia lebih disebut sebagai peternak lebah komersial. Setiap tahun, variasi produksi yang dihasilkan Australia antara 17.000-25.000 ton. Rata-rata nasional dari total produksi koloni sekitar 67 kg per koloni, dengan peternak madu komersial mampu memproduksi hingga 200-250 kg per koloni.
Di Turki terdapat 4,5 juta koloni lebah, 38.000 peternak dan produksi madu per tahunnya 65.000 ton. Rata–rata produksi madu dari tiap koloni sebanyak 17 kg. Dari 75% koloni lebah yang dimiliki peternak lebah di Turki, biasanya mereka memindahkan lebah dari satu tempat ke tempat lain berdasarkan musim bunga. Di Jamaica, produksi madu mendapat perhatian lebih dari menteri pertanian.
Tidak heran bila, pemerintahan Jamaica berusaha meningkatkan produksi madu setiap tahun dengan mengikutsertakan petani ke lembaga training mengenai perlebahan dengan harapan meningkatkan pendapatan negara dari penjualan madu di Pasar Internasional. Buktinya, usaha tersebut mampu meningkatkan produksi madu per tahun 1997 sebanyak 60.000 ton menjadi 77.000 ton per tahun 2005. Iran sendiri menghasilkan 2.200 ton per tahun di provinsi Mazandaran. Dari 2.700 peternak dengan 192.000 koloni berhasil memproduksi 12,5 kg per koloni.
Dewasa ini, hampir di seluruh dunia, lebah madu telah diusahakan dalam bentuk industri ternak. Dari jenis lebah madu di dunia, jenis lebah Eropa (Apis Mellifera L) paling digemari peternak lebah di berbagai belahan dunia. Lebah jenis ini per koloni per tahun dapat menghasilkan madu sekitar 200-250 kg, royal jelly 0,5 kg, lilin lebah 0,75 kg, propolis (lem lebah) 0,5 kg, tepung sari (bee pollen) 0,5 kg, racun lebah (venom bee) 1 gr, roti lebah (bee bread), tempayak lebah jantan (bee drone larvae). Hasil–hasil lebah tersebut umumnya berharga mahal. Misalnya, harga eceran royal jelly di Jepang mencapai Rp 1.200.000 per kg.
Akhirnya, selaku Ketua Asosiasi Perlebahan Indonesia (API), saya mengucapkan selamat kepada para pembaca terutama peneliti lebah madu, penggemar madu dan para peternak lebah di Indonesia. Dan kepada para wartawan Koran Pak Oles yang sudah berjuang ekstra untuk menghadirkan buku ini, saya mengucapkan terima kasih. Semoga, Ingin Sehat, Ingat Madu dan Minum Madu tidak semata tersemai rapi di setiap pembaca tetapi diaplikasikan dalam kehidupan nyata di Indonesia.
Jakarta, 11 Oktober 2006
Ketua Asosiasi Perlebahan Indonesia
H Wawan Darmawan, SE, MBA.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar